Pupus sudah !

lagi lagi posting tentang BBM, bukan, bukan ide ide saya kenapa subsidi mesti dipangkas, kali ini tinggal kekecewaan saja. Pupus sudah harapan masa depan Indonesia ketika baca berita ini satu satu nya partai yang saya rasa masih bisa diharapkan untuk tidak ambil untung dari isu isu negatif ternyata bobol juga. Sepertinya mimpi mimpi tentang Indonesia seperti yang saya tulis disini dan disini hanya isapan jempol saya saja.

Sudah lah, mungkin saya harus ganti kewarga negaraan saja. kalau masih terus berulang ulang seperti ini kapan negara ini bisa berubah, 30 tahun dari sekarang kita akan masih saja diributkan dengan masalah subsidi BBM atau tidak.Politikus-politikus senayan dan istana adalah partner, bukan lawan. Suara rakyat memang mesti didengar, itu jelas, akan tetapi tidak smua suara itu logis dan benar, karena tidak semua orang mengerti apa sebab dan akibat dari kebijakan, tidak smua orang bisa lepas dari ke-subjektifan penilaiannya. Oleh karenanya pemerintah dan legislatif harusnya lebih arif dalam menyaring suara suara yang mereka dengar, bukan sebaliknya, mengucapkan apa yang ingin didengar, katakan lah yang benar walaupun pahit. Pejabat sudah semestinya melihat ke depan dan lebih luas dari apa yang menjadi persepsi rakyatnya, dan jika visi nya membuatnya beresiko tidak dipilih lagi oleh masyarakat, itu adalah resiko yang mesti diambil.

saya tergelitik sebenarnya berkomentar tentang politisi yang saya sebut di atas, "biar sekarang jalan rusak dulu, yang penting dapur ngebul" ini jelas satu kesalahan besar terucap dari orang yang menjadi representasi jutaan manusia dari sabang sampai merauke, ucapan seperti ini jika terucap dari warga biasa contoh si A, adalah suatu ungkapan yang jujur. Beda dengan pejabat publik, seorang politisi tidak bisa melihat dari sisi A saja, ada si B yang membutuhkan bahan pokok di pedalaman sana, yang tak kunjung menerima pasokan dari kota terdekat, karena jalan jalan rusak. Ada juga si C seorang petani yang tak bisa menyekolahkan anaknya karena selain sekolah tidak ada di daerahnya, sehingga biaya nya sangat tinggi, akibatnya anak petani itu pun kehilangan kesempatan menjadi seorang insinyur atau seorang dokter di kemudian hari. Tapi nyatanya politisi ini lebih senang bicara tentang A daripada B dan C, karena lebih dramatis, politis, dan kesan-nya bermoral dan anti pemerintah. Sekilas mungkin politisi ini berpihak pada A, tapi di jangka panjang dapur A bukan saja mungkin tak lagi bisa ngebul, anak anak A tidak bisa sekolah karena memang tidak ada lagi sekolah, pelayanan kesehatan juga semakin jarang karena semua pos strategis untuk infrastruktur dipangkas. Jadi, apakah politisi ini memihak A? jika kita melihat lebih jernih tentu kita akan berkata tidak. Collier dan Gunning (2005) mengkritisi keras perilaku seperti ini menyebutnya sebagai intertemporal syndrome, setiap pemerintahan pasti memiliki masalah trade off antara konsumsi masa kini dan masa datang, disebut syndrome apabila pemerintah memprioritaskan sedemikian rupa konsumsi masa kini, hingga level dimana konsumsi aktual masa depan akan menjadi lebih kecil dibanding mas kini. Suatu cacat logika menahun dari aktor aktor intelektual senayan kita.

Pemerintah yang korup bukan hanya mereka yang mengambil harta rakyat dimasa kini tapi juga yang mensita harta rakyat di masa depan, lebih lebih lagi potensi harta yang akan diambil adalah harta yang berpotensi diambil oleh orang yang kurang beruntung saat ini, demi kepentingan harta dari orang yang lebih beruntung. Masalah intertemporal ini yang tidak juga dimengerti oleh para economist wannabe mendadak ini. Seorang teman dalam sebuah diskusi bahkan menyatakan "tidak perlu seorang ekonom untuk mengurus negara jika harga BBM dinaikan terus", mungkin benar, tapi mungkin perlu seorang ekonom untuk mengingatkan bahwa negara ini mesti punya umur yang panjang, berkelanjutan dan berkembang.

Sayangnya mereka tidak juga mengerti, dan sayangnya mereka berjumlah sangat banyak, mungkin sebaiknya tidak usah diingatkan lagi, tinggal silahkan sekarang pilih apakah memang negara ini mau tetap jalan di tempat sampe kiamat nanti, atau menjadi cina cina baru, atau India india baru di generasi mendatang.


5 comments:

fithra faisal hastiadi said...

Zal, kalo menurut gua, yang dilakukan PKS itu masuk akal. Memang gua sepakat dengan adanya penarikan subsidi BBM,dan gua yakin orang yang memiliki rasionalitas berpikir ala school of thougts nya FEUI juga akan berpendapat sama.
Tapi Zal, ini politik. Gua menyaksikan bagaimana PKS di caci dan dimaki oleh para pendukungnya di level grass root pada saat PKS mendukung pencabutan subsidi BBM di tahun 2005. ini berdasar pada kenyataan bahwa para pendukung di level akar rumput kebanyakan tidak mafhum logika ekonomi karena memang tidak memiliki kapasitas untuk memahami due to the assymetric information. Belum lagi kenyataan di lapangan memang tidak berpihak. Kekisruhan segera menyeruak tatkala pengumuman akan ditariknya subsidi menjadi kenyataan. Inflasi yoy naik hingga lebih dari 17%, BLT tidak disalurkan secara profesional dengan basis data yang meragukan. PR mendasar ini gua kira masih belum bisa diselesaikan dengan penarikan subsidi BBM tahun ini. Bukan tidak mungkin kekisruhan akan kembali terjadi dengan sekala yang jauh lebih besar.
Gua masih percaya bahwa PKS bisa banyak berbicara untuk merubah Indonesia, dan kalo gua pengambil kebijakan di PKS pasti akan mengambil langkah yang sama. Kenapa? soalnya PKS berhadapan dengan akar rumput yang berada pada domain swing voters dan memiliki karakter seperti yang telah gua sebutkan diatas. Memang PKS memiliki sebuah kemewahan karena memiliki basis masa yang intelek lagi rasional. Tapi tetap saja rasionalitas mereka belum sampai untuk bisa memahami keunikan dari sebuah kebijakan.
Mungkin bisa saja PKS bergerak sesuai dengan nalar ekonomi yang mengisyaratkan pengurangan beban pada anggaran dengan melepas subsidi. Tapi bisa gua pastikan bahwa PKS bakal tersingkir dari hingar bingar politik karena basis masanya akan terpecah, entah memilih partai lain yang kontra penarikan subsidi atau bahkan golput. ongkos politik nya terlalu besar.
Untuk memenuhi pilihan politik ini, Ongkos ekonominya tidak bisa dikatakan kecil, yaitu sustainabitas anggaran yang segera limbung. Tetapi demi mendapat tempat di 2009 dengan meraih suara signifikan pada pemilu mendatang, gua rasa itu pantas. ketika sudah berkuasa, barulah PKS membenahi sistem informasi yang tersendat itu dan memberikan pencarahan kepada rakyat sembari mencari cara untuk mengatasi gejolak harga. Hal2 penting inilah yang absen dari kabinet yang dikomando SBY. Efisiensi anggaran tak juga dilakukan, begitu juga dengan struktur budget yang tidak sehat karena struktur utang luar negeri yang belum efisen.
Biar bagaimana pun ini pilihan politik bos, gua sendiri belum sepenuhnya paham, tapi ya gua coba memasukkan variabel ini menjadi basis rasionalitas berpikir

Rajawali Muda said...

Yah fit gua ngerti,tapi tetep gua kecewa, makanya gua mikir mending gak usah mikirin republik, silahkan aja sok lah..semua kartu udah dibuka
silahkan aja mau dibawa kemana negeri ini.

Anonymous said...

yah di, jangan gitu. cara yang efektif biar gak sakit hati, kita musti pisahin hati untuk berpolitik, logika untuk berpolitik sama hati dan logika untuk lain lain. yang musti rasional gitu.

politik itu gak lurus, belok2, dinamis. jadi lo jangan pake premis statistik biasa mikirnya.

tetaplah mengkritik, cuman siapin antibody that what u do is simply to remind, simply to share. not at all to change. our obligation is to remind, kata Rasul. i believe itu fardlu ain. To change, is fardlu kifayah. bagi mereka yang gak cukup kuat, gak wajib. bagi mereka yang tahan banting lah yang akan bisa membuat perubahan.

so are you strong enough to change? that's the question. no are you strong enough to remind? karena in this case, giving up from reminding our government means HARAM!

Rajawali Muda said...

@m : buset mul, kok jadi haram halal gini heheheeh..serem ah,hehehe..

Anonymous said...

Wah menarik! mending ak sepakat Ama You, Rajawali Muda. Ngapain kita mikirin Republik? paling2 bikin kenyang mereka...

Designed by Posicionamiento Web | Bloggerized by GosuBlogger | Blue Business Blogger