How do we run business here
well,posting kali ini sebenarnya hasil ngobrol dengan ekspat indonesia yang kerja di paris,lulusan politeknik Bandung, bidangnya IT, dia dan istrinya kerja di tempat yang sama. kantornya persis di depan apartemen gua. Hampir tiap minggu, di hari jumat kita ngobrol di koperasi KBRI, sambil makan siang menunggu shalat jumat.
karena kantornya persis depan apartemen gua, kita suka pulang bareng, disini lah sering ngobrol.Menarik sekali dari dia gua bisa belajar hal hal remeh yang mungkin gak bisa dibaca di buku, atau di internet. Hal yang cuma bisa diceritakan,yang cuma berasal dari pengalaman.
Awalnya smua berasal dari curhat,masalah di kantor,karena sebagian besar kantornya tampaknya bakal pindah ke India dan China. Dari situ mulai ngobrol outsourcing,nilai tukar,international trade, efek euro dan dollar,Diskriminasi sosial, sosiologi perkotaan dan lain lain.
tapi yang gua paling suka belajar dari dia,tentang kenyataan yang ada di Perancis, yang gak pernah kepikiran ama gua. contoh di paris ini, biaya anak sekolah kita gak bayar ke sekolah, tapi ke mairie seperti kecamatan, tapi kadang kadang juga setingkat walikota. Mairie ini yang akan membayar ke sekolah sekolah sesuai dengan unit costnya. Mairie ini sangat sangat independen, bahkan hari ini sedang ada kampanye pemilihan di daerah 15 arrondissement, tempat apartemen gua berada.I'll get back to this later.
Biaya anak sekolah, dalam hal ini di tingkat universitas, sangat beragam, tergantung dengan tingkat pendapatan orang tuanya. Kawan gua, sama sama penerima beasiswa, anak semata wayangnya di ecole primaire (semacam SD) gak bayar sama sekali, alias gratis, karena tingkat pendapatan penerima beasiswa-boursier- dibawah tingkat makmur perancis
lain halnya dengan tingkat skolah di atas universitas. ini tingkat biaya sekolah beragam, walau tetap bisa dibilang sangat rendah. Mahasiswa dengan tingkat pendapatan rendah tidak membayar pajak,akan tetapi mendapat banyak tunjangan dari pemerintah, lain halnya mahasiswa dengan orang yang berpendapatan tinggi terutama tingkat PhD, mereka harus membayar pajak yang tinggi, sekitar 20 persen gaji setahun.
Konsep ini berlanjut sampai tingkat terkecil, seperti misalnya harga makanan kantin sekolah, juga diatur seperti itu (walaupun ini lebih bersifat pungutan tidak resmi), anak yang berasal dari keluarga tidak mampu akan membayar lebih sedikit dibanding yang kaya, untuk barang yang sama.Caranya? mereka akan kasih kupon pembelian setiap membeli, dan tiap bulan orang tua akan di kenai biaya unit dikali dengan harga yang telah disubsidi.Untuk level universitas juga begitu, ada yang namanya CROUS, yang menyediakan makanan murah tapi sehat+ kenyang, dengan 2.75 euro kita bisa makan enak di cafetaria nya bagi level pelajar, sedangkan buat level pekerja, mereka akan dikenai biaya yang dobel. Ini terus terang, bagi gua menarik,terutama karena ini sudah dimulai dari sejak mereka sekolah taman kanak kanak.
Sebagai orang yang mengaku belajar ekonomi, insting gue langsung bilang, wah itu resiko menghasilkan free-rider, bisa saja anak orang kaya bilang ke anak miskin, "lo beliin gua itu dong, ntar gua bayar ke elo", well bisa saja, tapi sepertinya itu gak kejadian, kenapa? karena anak orang miskin juga pinter, dia tau, opportunity cost untuk jadi antek antek orang kaya ini,dia bakal lebih worst off. Dan lagi lagi yang paling penting adalah ini dimulai dari usia sejak dini yang dipahami oleh anak anak. Bahwa rent-seeking temptation sudah dikenalkan sejak dini, tapi tidak melembaga sedemikian rupa, menurut gua yang sangat menarik.
fakta lain yang menarik adalah, dorongan entrepreneurship sangat tinggi disini, orang bisa datang ke kadin paris (chambre de commerece de paris) untuk dapat informasi tentang pekerjaan yang bisa dilakukan, sekaligus info untuk mendapatkan pendanaan, dana sangat melimpah(terutama bagi penduduk asli)Bank seperti berlomba memberikan pendanaan.Hal yang sama juga di informasi tenaga kerja,jarak beberapa rumah dari tempat gua ada semacam pusat informasi pekerjaan,belum pernah masuk sih, tapi ruangnya di desain transparan,dinding nya cuma kaca besar,jadi kita bisa liat apa di dalamnya tanpa masuk. Satu ruangan besar isinya penuh dengan komputer, kita hanya tinggal log on, cari tawaran kerja, dan lowongan yang kira kira bakal ada.
hmm lowongan yang bakal ada? maksudnya? nah ini juga yang menarik. Ini semacam kombinasi social security yang baik dan departemen tenaga kerjanya. Karena Social security yang sangat baik, setiap individu dari kecil sampe tua terjamin oleh asuransi dan dana pensiun, dari mulai asuransi jiwa, sampai asuransi kesehatan, artinya ada consumption smoothing yang sangat baik. as a result,orang yang sudah masuk ke usia lanjut,gak perlu bekerja, hidup mereka sudah terjamin dengan tabungan dan investasi, tambah lagi setiap masalah yang tak terduga ditutup oleh asuransi.
jadi setiap kali para pengusaha ini pensiun, mereka yang tidak memiliki penerus akan bilang ke mairie atau chambre de commerce. "Nih usaha gua, gua mo nikmatin idup, tolong terusin,atau jualin aja ama yang mau",dengan adanya sistem ini lowongan kerja dalam skala tertentu menjadi predictable, di tahun 2008 misalnya,tiap tiap camat disini tahu, ah, kita bakal punya 5 tukang roti yang pensiun, 10 tukang daging, dan 10 pialang saham,so,mereka bisa tawarkan ini pada orang yang gak punya pekerjaan.
kekurangannya sih,sistem ini gak applicable buat orang yang berpendapatan tetap, untuk mendapatkan fasilitas informasi ini, orang tersebut tidak boleh bekerja, atau recently being laid off,jadi orang yang bekerja tapi ingin investasi lagi, mesti gunakan "sistem convensional".
Memang pajak pendapatan sangat tinggi, akibatnya pengangguran relatif tinggi sekali di perancis di banding negara eropa lain yang lebih terbuka,level pengangguran terjaga lebih karena kesepakatan pengusaha dengan asosiasi pekerja yang aktif sekali. terutama paris.
yang lebih menarik adalah tingkat inflasi yang rendah dibanding negara asia, tapi relatif tinggi buat negara eropa secara rata rata,yang by the way cenderung meningkat terus. I'll comeback to this later.
Sistem eropa barat memang sedikit sosialis,tapi tidak kebablasan seperti negara negara eropa timur. Gue melihat penting banget negara kita ngadopsi sistem ini, gua melihat diri gua sebagai orang yang liberal,tapi konsep perancis ini, terus terang, I find it very interesting. Konsep BOS misalnya,selama ini selalu diselewengkan, karena orang tua murid, berinteraksi langsung dengan administrasi sekolah, walau duitnya turun, masih saja ada benefit untuk curang. Lain halnya jika administrasi berinteraksi dengan Camat, atau walikota, dia tidak punya bargaining power buat ngontrol walikota, tapi justru sebaliknya. Sedangkan walikota juga "terpaksa"
mengawasi kepala sekolah, karena terpilih tidaknya dia di tahun mendatang, adalah tergantung kepada ada nya dukungan orang tua orang tua murid itu.
banyak sekali sih yang bisa diaplikasiin di indonesia, sayangnya lagi lagi kita punya masalah di diseminasi informasi dan transparansi, di norway bahkan katanya kita bisa tahu berapa jumlah pendapatan orang di sebelah kita, hanya dengan search engine di internet,asalkan kita tau nama lengkap dan pekerjaaanya. itu yang gua sebut diseminasi informasi, transparansi. data data dan data yang akurat.. smua cita cita ini gak akah bisa terwujud secara tiba tiba, tapi perlu Hukum dan institusi yang mengawal masyarakat ber transformasi dalam aktivitas bermasyarakat menuju ke tingkat masyarakat yang lebih baik.
ps : ini ada satu contoh dari norway cara mengatasi prostitusi
ps : blog post updated karena ada kritik membangun dari mas Rio Hasan
karena kantornya persis depan apartemen gua, kita suka pulang bareng, disini lah sering ngobrol.Menarik sekali dari dia gua bisa belajar hal hal remeh yang mungkin gak bisa dibaca di buku, atau di internet. Hal yang cuma bisa diceritakan,yang cuma berasal dari pengalaman.
Awalnya smua berasal dari curhat,masalah di kantor,karena sebagian besar kantornya tampaknya bakal pindah ke India dan China. Dari situ mulai ngobrol outsourcing,nilai tukar,international trade, efek euro dan dollar,Diskriminasi sosial, sosiologi perkotaan dan lain lain.
tapi yang gua paling suka belajar dari dia,tentang kenyataan yang ada di Perancis, yang gak pernah kepikiran ama gua. contoh di paris ini, biaya anak sekolah kita gak bayar ke sekolah, tapi ke mairie seperti kecamatan, tapi kadang kadang juga setingkat walikota. Mairie ini yang akan membayar ke sekolah sekolah sesuai dengan unit costnya. Mairie ini sangat sangat independen, bahkan hari ini sedang ada kampanye pemilihan di daerah 15 arrondissement, tempat apartemen gua berada.I'll get back to this later.
Biaya anak sekolah, dalam hal ini di tingkat universitas, sangat beragam, tergantung dengan tingkat pendapatan orang tuanya. Kawan gua, sama sama penerima beasiswa, anak semata wayangnya di ecole primaire (semacam SD) gak bayar sama sekali, alias gratis, karena tingkat pendapatan penerima beasiswa-boursier- dibawah tingkat makmur perancis
lain halnya dengan tingkat skolah di atas universitas. ini tingkat biaya sekolah beragam, walau tetap bisa dibilang sangat rendah. Mahasiswa dengan tingkat pendapatan rendah tidak membayar pajak,akan tetapi mendapat banyak tunjangan dari pemerintah, lain halnya mahasiswa dengan orang yang berpendapatan tinggi terutama tingkat PhD, mereka harus membayar pajak yang tinggi, sekitar 20 persen gaji setahun.
Konsep ini berlanjut sampai tingkat terkecil, seperti misalnya harga makanan kantin sekolah, juga diatur seperti itu (walaupun ini lebih bersifat pungutan tidak resmi), anak yang berasal dari keluarga tidak mampu akan membayar lebih sedikit dibanding yang kaya, untuk barang yang sama.Caranya? mereka akan kasih kupon pembelian setiap membeli, dan tiap bulan orang tua akan di kenai biaya unit dikali dengan harga yang telah disubsidi.Untuk level universitas juga begitu, ada yang namanya CROUS, yang menyediakan makanan murah tapi sehat+ kenyang, dengan 2.75 euro kita bisa makan enak di cafetaria nya bagi level pelajar, sedangkan buat level pekerja, mereka akan dikenai biaya yang dobel. Ini terus terang, bagi gua menarik,terutama karena ini sudah dimulai dari sejak mereka sekolah taman kanak kanak.
Sebagai orang yang mengaku belajar ekonomi, insting gue langsung bilang, wah itu resiko menghasilkan free-rider, bisa saja anak orang kaya bilang ke anak miskin, "lo beliin gua itu dong, ntar gua bayar ke elo", well bisa saja, tapi sepertinya itu gak kejadian, kenapa? karena anak orang miskin juga pinter, dia tau, opportunity cost untuk jadi antek antek orang kaya ini,dia bakal lebih worst off. Dan lagi lagi yang paling penting adalah ini dimulai dari usia sejak dini yang dipahami oleh anak anak. Bahwa rent-seeking temptation sudah dikenalkan sejak dini, tapi tidak melembaga sedemikian rupa, menurut gua yang sangat menarik.
fakta lain yang menarik adalah, dorongan entrepreneurship sangat tinggi disini, orang bisa datang ke kadin paris (chambre de commerece de paris) untuk dapat informasi tentang pekerjaan yang bisa dilakukan, sekaligus info untuk mendapatkan pendanaan, dana sangat melimpah(terutama bagi penduduk asli)Bank seperti berlomba memberikan pendanaan.Hal yang sama juga di informasi tenaga kerja,jarak beberapa rumah dari tempat gua ada semacam pusat informasi pekerjaan,belum pernah masuk sih, tapi ruangnya di desain transparan,dinding nya cuma kaca besar,jadi kita bisa liat apa di dalamnya tanpa masuk. Satu ruangan besar isinya penuh dengan komputer, kita hanya tinggal log on, cari tawaran kerja, dan lowongan yang kira kira bakal ada.
hmm lowongan yang bakal ada? maksudnya? nah ini juga yang menarik. Ini semacam kombinasi social security yang baik dan departemen tenaga kerjanya. Karena Social security yang sangat baik, setiap individu dari kecil sampe tua terjamin oleh asuransi dan dana pensiun, dari mulai asuransi jiwa, sampai asuransi kesehatan, artinya ada consumption smoothing yang sangat baik. as a result,orang yang sudah masuk ke usia lanjut,gak perlu bekerja, hidup mereka sudah terjamin dengan tabungan dan investasi, tambah lagi setiap masalah yang tak terduga ditutup oleh asuransi.
jadi setiap kali para pengusaha ini pensiun, mereka yang tidak memiliki penerus akan bilang ke mairie atau chambre de commerce. "Nih usaha gua, gua mo nikmatin idup, tolong terusin,atau jualin aja ama yang mau",dengan adanya sistem ini lowongan kerja dalam skala tertentu menjadi predictable, di tahun 2008 misalnya,tiap tiap camat disini tahu, ah, kita bakal punya 5 tukang roti yang pensiun, 10 tukang daging, dan 10 pialang saham,so,mereka bisa tawarkan ini pada orang yang gak punya pekerjaan.
kekurangannya sih,sistem ini gak applicable buat orang yang berpendapatan tetap, untuk mendapatkan fasilitas informasi ini, orang tersebut tidak boleh bekerja, atau recently being laid off,jadi orang yang bekerja tapi ingin investasi lagi, mesti gunakan "sistem convensional".
Memang pajak pendapatan sangat tinggi, akibatnya pengangguran relatif tinggi sekali di perancis di banding negara eropa lain yang lebih terbuka,level pengangguran terjaga lebih karena kesepakatan pengusaha dengan asosiasi pekerja yang aktif sekali. terutama paris.
yang lebih menarik adalah tingkat inflasi yang rendah dibanding negara asia, tapi relatif tinggi buat negara eropa secara rata rata,yang by the way cenderung meningkat terus. I'll comeback to this later.
Sistem eropa barat memang sedikit sosialis,tapi tidak kebablasan seperti negara negara eropa timur. Gue melihat penting banget negara kita ngadopsi sistem ini, gua melihat diri gua sebagai orang yang liberal,tapi konsep perancis ini, terus terang, I find it very interesting. Konsep BOS misalnya,selama ini selalu diselewengkan, karena orang tua murid, berinteraksi langsung dengan administrasi sekolah, walau duitnya turun, masih saja ada benefit untuk curang. Lain halnya jika administrasi berinteraksi dengan Camat, atau walikota, dia tidak punya bargaining power buat ngontrol walikota, tapi justru sebaliknya. Sedangkan walikota juga "terpaksa"
mengawasi kepala sekolah, karena terpilih tidaknya dia di tahun mendatang, adalah tergantung kepada ada nya dukungan orang tua orang tua murid itu.
banyak sekali sih yang bisa diaplikasiin di indonesia, sayangnya lagi lagi kita punya masalah di diseminasi informasi dan transparansi, di norway bahkan katanya kita bisa tahu berapa jumlah pendapatan orang di sebelah kita, hanya dengan search engine di internet,asalkan kita tau nama lengkap dan pekerjaaanya. itu yang gua sebut diseminasi informasi, transparansi. data data dan data yang akurat.. smua cita cita ini gak akah bisa terwujud secara tiba tiba, tapi perlu Hukum dan institusi yang mengawal masyarakat ber transformasi dalam aktivitas bermasyarakat menuju ke tingkat masyarakat yang lebih baik.
ps : ini ada satu contoh dari norway cara mengatasi prostitusi
ps : blog post updated karena ada kritik membangun dari mas Rio Hasan
5:13 PM | Labels: economic development | 10 Comments
Subscribe to:
Posts (Atom)