Organda tak pernah bermutu!
Lagi lagi ocehan lama , kapan ya organda akan dewasa? bertahun disusui, masih saja merengek rengek setelah "disapih" minta lagi disusui, sedihnya para petualang politik "standar" di pucuk sana akan cari kesempatan simpati dengan bilang wah, iya nih pertamina korupsi, negara kita neolib, turunkan sby, bla bla bla.. sama seperti ketika harga BBM dinaikan.
dan masih kah rakyat kita mendengar ocehan retorik ini? bisa jadi.
kalo kita menilik fenomena lebih jernih, sebenarnya apa masalahnya disini?
kita review faktanya : bis antar negara malaysia lebih murah, sedangkan bis kita lebih mahal, Penumpang adalah pekerja indonesia yang tingkat pendapatannya rendah. sekarang masalahnya adalah para pengusaha organda gak mau ilang untung, mereka gak mau bis malaysia ngambil semua sumber uangnya, tanpa memikirkan jalan lain mereka minta harga BBM nya di subsidi.
catatan : (1)Bahkan dengan subsidi pun disparitas harga masih tinggi antara malaysia dan bis organda (2) Dengan hanya terdiri dari tiga perusahaan bis organda jelas monopoli atau oligopoli, yang mempermainkan harga dan kualitas pelayanan bagi para pekerja berpendapatan rendah.
jikalau para politikus itu mendukung para pencari rente ini, maka apakah mereka membela rakyat? tentu tidak, siapa yang dibela? pengusaha yang memaksa harga tinggi. Tidak perduli apakah itu bis berbendera malaysia atau israel sekalipun, asalkan mereka menawarkan harga lebih rendah jelas akan lebih baik bagi pekerja miskin daripada berbendera indonesia dengan harga mencekik.
Biarkan saja lah pengusaha itu bersaing secara sehat, pengusaha punya akses terhadap uang dan fasilitas, asalkan tidak manja seharusnya mereka mesti melakukan terobosan, apalah itu yang bisa membuat pasar menjadi monopolistik, membuat mereka menjadi unik. Bukannya merngek memohon uang pemerintah. Malah menuduh pertamina cari untung, kalo pertamina dapat untung baik dong buat budget pemerintah? cuma tiga pengusaha bis ini yang rugi, mesti kerja lebih keras.
jika mereka disubsidi lagi, ada dua kerugian, pertama pemerintah mesti ngasih duit ke mereka (dalam bentuk subsidi) duit pemerintah buat yang keperluan lain terpakai. Untuk siapa? untuk organda tak bermutu! untuk organda ini pemerintah harus rela kekurangan duit untuk infrastruktur dan beasiswa pendidikan, sungguh tak masuk logika orang yang membela para pengusaha malas ini.
dan masih kah rakyat kita mendengar ocehan retorik ini? bisa jadi.
kalo kita menilik fenomena lebih jernih, sebenarnya apa masalahnya disini?
kita review faktanya : bis antar negara malaysia lebih murah, sedangkan bis kita lebih mahal, Penumpang adalah pekerja indonesia yang tingkat pendapatannya rendah. sekarang masalahnya adalah para pengusaha organda gak mau ilang untung, mereka gak mau bis malaysia ngambil semua sumber uangnya, tanpa memikirkan jalan lain mereka minta harga BBM nya di subsidi.
catatan : (1)Bahkan dengan subsidi pun disparitas harga masih tinggi antara malaysia dan bis organda (2) Dengan hanya terdiri dari tiga perusahaan bis organda jelas monopoli atau oligopoli, yang mempermainkan harga dan kualitas pelayanan bagi para pekerja berpendapatan rendah.
jikalau para politikus itu mendukung para pencari rente ini, maka apakah mereka membela rakyat? tentu tidak, siapa yang dibela? pengusaha yang memaksa harga tinggi. Tidak perduli apakah itu bis berbendera malaysia atau israel sekalipun, asalkan mereka menawarkan harga lebih rendah jelas akan lebih baik bagi pekerja miskin daripada berbendera indonesia dengan harga mencekik.
Biarkan saja lah pengusaha itu bersaing secara sehat, pengusaha punya akses terhadap uang dan fasilitas, asalkan tidak manja seharusnya mereka mesti melakukan terobosan, apalah itu yang bisa membuat pasar menjadi monopolistik, membuat mereka menjadi unik. Bukannya merngek memohon uang pemerintah. Malah menuduh pertamina cari untung, kalo pertamina dapat untung baik dong buat budget pemerintah? cuma tiga pengusaha bis ini yang rugi, mesti kerja lebih keras.
jika mereka disubsidi lagi, ada dua kerugian, pertama pemerintah mesti ngasih duit ke mereka (dalam bentuk subsidi) duit pemerintah buat yang keperluan lain terpakai. Untuk siapa? untuk organda tak bermutu! untuk organda ini pemerintah harus rela kekurangan duit untuk infrastruktur dan beasiswa pendidikan, sungguh tak masuk logika orang yang membela para pengusaha malas ini.
2:41 AM
|
Labels:
unek unek
|
This entry was posted on 2:41 AM
and is filed under
unek unek
.
You can follow any responses to this entry through
the RSS 2.0 feed.
You can leave a response,
or trackback from your own site.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
4 comments:
Wah apalagi sektor tranportasi...Berat!
Solusinya pengusaha transportasi dibiasakan untuk berkompetisi...
Kalau terus merugi, seharusnya mereka pindah usaha lain...
Biarkan pemain baru masuk, biar angkot2 itu tdk selalu sumpek...
Kalau nanti Pemerintah ngasih subsidi, akan menambah problem baru.
Lha gimana pengangkut pisang, beras, jagung, kedelai?Ujung2-nya juga minta subsidi...
Begitu Juga Koperasi, Pabrik Pu2k, Pertamina, dsb yg masih berbau subsidi...
Kelihatannya jangka pendek menyelesaikan masalah, tapi jangka panjang bikin masalah besar. Coz tidak ada usaha untuk lebih baik...karena tidak ada kompetitor...
Seharusnya mereka tidak disebut sebagai pengusaha, tapi parasit dunia usaha. Lha wong makan subsidi dari pajak pengusaha lain...
sekali lagi pemerintah. Kalo niatnya politis, akan menjadi masalah. Tapi kalo tujuan pensejahteraan, seharusnya uang pajak dipakai untuk bangun jalan ke desa2 terpencil yg masih terisolasi...kasihan tu, ibu2 yg gendong dagangan harus berjalan berkilo2...cuma mau untung 10 rb...
Kan ini namanya kezaliman...?
betul sekali bung giy!
saya suka artikelnya yang ini dan yang pasar bebas koreksi tuk kompas itu, mas rajawali.
kadang kita perlu diberi tantangan tuk mewujudkan bentuk kemerdekaan kita itu. pada titik tertentu, kemerdekaan itu akan menemukan tanggungjawabnya. sehingga kebebasan sebagai bentuk dari kemerdekaan alami tidak akan bablas. saya menyakini ini. dari pada sikap setengah-setengah.
subsidi wujud sikap setengah-setengah -menurut saya. maka polemik seputarnya bikin bangsa kita ini kaya tidak kaya, miskin tidak miskin..
saya setuju, berlomba secara sportif. termasuk dalam pasar bebas dan terobosan pelyanan publik hingga ke daerah-daerah. daripada mengandalkan pemerintah yang entah sampai kapan kalau masih saja sibuk dengan pencitraannya sendiri. bangsa ini harus bisa memberdayakan seluruh elemen anak bangsanya tuk bersaing positif membangun negerinya.
saya tidak kapasitas tuk detailnya, tapi secara prinsip saya kira demikian. gitu ga sih?
Mba anis sepertinya sudah lebih baik menuliskannnya daripada saya. gmana mbak nyalonin nih 2009? :D
Post a Comment