Mimpi Mimpi indah
Tahun 2009 akan menjadi titik tolak bangsa. Entah rezim mana lagi yang akan berkuasa, akankah SBY masih berada di pucuk pimpinan? saya tak berani bertaruh, yang pasti titik perubahan sudah dimulai sejak rezim kali ini, terlepas dari kekurangannya, pemerintahan sekarang harus diakui usahanya dalam menghadapi tekanan tekanan eksternal seperti bencana alam, krisis keuangan dunia, krisis pangan, dan kini krisis minyak. Satu hal yang menarik disimak adalah berkurang drastisnya subsidi BBM, salah satu beban yang mengganjal sedikit demi sedikit dikurangi, semoga ke depan, terlepas dari segala pro dan kontra, ini suatu pencapaian yang tidak bisa dicapai oleh pendahulu-pendahulunya. Siapapun presiden yang akan terpilih bisa melanjutkan trend ini. Tentu masih banyak sekali PR bagi pemimpin kita yang baru, simpul lain yang mesti diurai adalah masalah restrukturisasi pajak, dan Hutang dalam negeri, dua duri dalam daging yang belum juga selesai "pembedahannya".
Masa depan itu masih tidak pasti, tapi seandainya boleh, mari kita berandai andai, atau mungkin bermimpi, mimpi yang indah. Ruang gerak APBN tentu saja akan lebih leluasa di rezim yang baru nanti, saya mau berandai sekiranya apa saja yang bisa dilakukan. Kompas(6/04) memperkirakan 30 trilyun rupiah bisa dihemat. Setengah akan disimpan, setengah lagi akan dikucurkan sebagai bantalan bagi rakyat miskin, berarti 15 trilyun dana segar. sekiranya jadi presiden dana tambahan 15 trilyun di APBN periode berikut, saya bermimpi dan mengigau begini :
[1] merujuk kepengalaman negara scandinavia, uang penghematan dari penjualan minyak dialokasikan sebagian besar dalam bentuk dana abadi, yang berkembang biak untuk kemudian digunakan dalam beberapa dekade ke depan. katakanlah 5-10 trilyun di belikan obligasi international. tambahan 10 trilyun lagi dari penghematan dana kementrian. jadi sekitar 2 milyar dollar, dengan rate investment 2 persen saja bisa terkumpul 200 milyar rupiah per tahun, ini berbeda dengan menyimpan uang di BI yang tanpa bunga hingga sekarang. Entah apakah ada peraturan penyaluran dana APBN di luar negeri, tapi penyaluran dana keluar negeri jelas lebih baik daripada menyimpan dana di bank komersial di indonesia, karena resikonya efektivitas Bank sentral berkurang.
[2] Alokasi dana pendidikan. Beberapa waktu yang lalu demonstrasi di kampus BHMN makin menjadi, alasannya dana pendidikan naik dari satu juta menjadi sekitar 5 juta persemester, di satu sisi transformasi lembaga pendidikan untuk perkembangan sumber daya manusia menuntut perbaikan tebal kantung, sisi lain, semakin sulit mahasiswa untuk mengalokasikan pendidikan. Di Denmark, Swedia, dan Norwegia, sepengetahuan saya ada mekanisme dimana student bisa meminjam dana dari pemerintah. Pinjaman akan dibayarkan dalam jenjang waktu tertentu, setelah mahasiswa itu selesai dari periode sekolahnya. Dana ini akan bergulir setiap tahun, sehingga uangnya tidak menguap sia sia, tentu butuh perencanaan terperinci tentang ini, tapi potensi untuk menuju ke arah ini tetap ada. Dana penelitian sudah selayaknya ditingkatkan, Penelitian teknologi pangan, perikanan, dan teknologi tinggi sudah selayaknya didaya gunakan dengan poros-poros pendidikan sebagai tulang punggungnya. lembaga lembaga penelitian plat merah juga semestinya bekerja sama dengan universitas, demi bergulirnya transfer of knowledge yang berkelanjutan. Tidak hanya disimpan di loker loker berisi laporan laporan tebal.
[3] Pemberdayaan economics intelligences, saya kurang tau persis, apakah data departemen perdagangan cukup detail tentang perekonomian negara negara tradisional tujuan ekspor, tapi tampaknya sumber data masih bersumber pada data pihak ketiga, hasil agregasi. Contoh sumber data yang berguna seperti survey nasional di perancis misalnya, atau survey longitudinal tentang konsumsi rumah tangga di eropa, atau perkembangan data penjualan sektor unggulan indonesia di Eropa, dengan kode ISIC yang mendetail (setau saya di eropa ISIC nya bisa sampai 6 digit), dll. sepertinya sangat perlu untuk kita miliki untuk pemetaan potensi ekspor Indonesia, sebagian dana bisa digunakan pula untuk ini. contoh kecil, diseluruh benua eropa, saya hampir yakin industri souvenir parawisata didominasi produk dari cina, ini salah satu kejelian dari intel intel ekonomi cina.
Hari ini mimpi saya baru tiga, smoga nanti ada igauan dan mimpi mimpi lainnya..
Masa depan itu masih tidak pasti, tapi seandainya boleh, mari kita berandai andai, atau mungkin bermimpi, mimpi yang indah. Ruang gerak APBN tentu saja akan lebih leluasa di rezim yang baru nanti, saya mau berandai sekiranya apa saja yang bisa dilakukan. Kompas(6/04) memperkirakan 30 trilyun rupiah bisa dihemat. Setengah akan disimpan, setengah lagi akan dikucurkan sebagai bantalan bagi rakyat miskin, berarti 15 trilyun dana segar. sekiranya jadi presiden dana tambahan 15 trilyun di APBN periode berikut, saya bermimpi dan mengigau begini :
[1] merujuk kepengalaman negara scandinavia, uang penghematan dari penjualan minyak dialokasikan sebagian besar dalam bentuk dana abadi, yang berkembang biak untuk kemudian digunakan dalam beberapa dekade ke depan. katakanlah 5-10 trilyun di belikan obligasi international. tambahan 10 trilyun lagi dari penghematan dana kementrian. jadi sekitar 2 milyar dollar, dengan rate investment 2 persen saja bisa terkumpul 200 milyar rupiah per tahun, ini berbeda dengan menyimpan uang di BI yang tanpa bunga hingga sekarang. Entah apakah ada peraturan penyaluran dana APBN di luar negeri, tapi penyaluran dana keluar negeri jelas lebih baik daripada menyimpan dana di bank komersial di indonesia, karena resikonya efektivitas Bank sentral berkurang.
[2] Alokasi dana pendidikan. Beberapa waktu yang lalu demonstrasi di kampus BHMN makin menjadi, alasannya dana pendidikan naik dari satu juta menjadi sekitar 5 juta persemester, di satu sisi transformasi lembaga pendidikan untuk perkembangan sumber daya manusia menuntut perbaikan tebal kantung, sisi lain, semakin sulit mahasiswa untuk mengalokasikan pendidikan. Di Denmark, Swedia, dan Norwegia, sepengetahuan saya ada mekanisme dimana student bisa meminjam dana dari pemerintah. Pinjaman akan dibayarkan dalam jenjang waktu tertentu, setelah mahasiswa itu selesai dari periode sekolahnya. Dana ini akan bergulir setiap tahun, sehingga uangnya tidak menguap sia sia, tentu butuh perencanaan terperinci tentang ini, tapi potensi untuk menuju ke arah ini tetap ada. Dana penelitian sudah selayaknya ditingkatkan, Penelitian teknologi pangan, perikanan, dan teknologi tinggi sudah selayaknya didaya gunakan dengan poros-poros pendidikan sebagai tulang punggungnya. lembaga lembaga penelitian plat merah juga semestinya bekerja sama dengan universitas, demi bergulirnya transfer of knowledge yang berkelanjutan. Tidak hanya disimpan di loker loker berisi laporan laporan tebal.
[3] Pemberdayaan economics intelligences, saya kurang tau persis, apakah data departemen perdagangan cukup detail tentang perekonomian negara negara tradisional tujuan ekspor, tapi tampaknya sumber data masih bersumber pada data pihak ketiga, hasil agregasi. Contoh sumber data yang berguna seperti survey nasional di perancis misalnya, atau survey longitudinal tentang konsumsi rumah tangga di eropa, atau perkembangan data penjualan sektor unggulan indonesia di Eropa, dengan kode ISIC yang mendetail (setau saya di eropa ISIC nya bisa sampai 6 digit), dll. sepertinya sangat perlu untuk kita miliki untuk pemetaan potensi ekspor Indonesia, sebagian dana bisa digunakan pula untuk ini. contoh kecil, diseluruh benua eropa, saya hampir yakin industri souvenir parawisata didominasi produk dari cina, ini salah satu kejelian dari intel intel ekonomi cina.
Hari ini mimpi saya baru tiga, smoga nanti ada igauan dan mimpi mimpi lainnya..
11:05 AM
|
Labels:
economic development,
igauan
|
This entry was posted on 11:05 AM
and is filed under
economic development
,
igauan
.
You can follow any responses to this entry through
the RSS 2.0 feed.
You can leave a response,
or trackback from your own site.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment